By Design, Semua yang Mengurus Harus Mundur
Partai Nasdem - Gerakan Perubahan,
Jakarta – Secara fenomenal, Partai Nasional Demokrat menjadi satu-satunya partai baru yang lolos
ke Pemilihan Umum 2014 saat banyak partai lain berguguran. Tapi, bak pepatah, makin tinggi makin
kencang angin yang bertiup, NasDem pun langsung dilanda gonjang-ganjing.
Diawali dengan keputusan pergantian pengurus, yang mengantarkan pengusaha dan pemilik
kelompok Media Indonesia, Surya Paloh, menjadi ketua umum. Lantas disusul mundurnya Ketua
Dewan Pakar Hary Tanoesoedibjo dan sejumlah pengurus pusat serta daerah.
Tapi Surya mengatakan partai ini didirikan dengan grand design oleh dirinya. By design pula, semua
orang yang mengurus harus mengundurkan diri. “Ada teken yang kita tidak bisa published itu, dan ini
baru pertama kali saya ucapkan kepada kalian,” kata Surya kepada Andree Priyanto, Dimas Adityo,
Basuki Nugroho, Raisya Maharani, Choirul Anam, dan pewarta foto Ary Saputra dari Harian Detik
pada pekan lalu.
Kini, dengan kepengurusan baru, bagaimana cara NasDem mewujudkan targetnya sebagai
pemenang pemilu? Berikut ini petikan lengkap wawancara dengan Surya yang didampingi Ketua
Dewan Redaksi Media Indonesia Saur Hutabarat dan Redaktur Senior Elman Saragih. Wawancara
yang digelar di ruang kerjanya yang lapang di gedung Prioritas, Jakarta, ini dimuat di Harian Detik
edisi Senin 4 Maret 2013:
Apa persiapan yang telah dilakukan oleh NasDem terkait dengan Pemilu 2014?
Saya pikir memang selayaknya partai yang secara resmi ditetapkan oleh KPU ikut Pemilu 2014 harus
segera melakukan konsolidasi secara efektif. Sebab, kalau tidak, waktu yang sudah ditetapkan itu
tidak mungkin diisi dengan sesuatu yang tidak memberikan asas manfaat sepenuhnya bagi tujuan
keikutsertaan partai dalam pemilu. Konsolidasi tersebut, ya, dengan rapat kerja di setiap wilayah.
Persiapan penjaringan calon legislator juga dimulai.
Progresnya sudah sejauh mana?
Pertama, partai ini sudah mampu melakukan penetrasi dalam memiliki kemampuan jaringan dan
infrastruktur partai yang bukan terbatas di pusat, tapi juga di kecamatan. Bahkan kita targetkan
hingga April ini tak ada satu desa pun yang tidak memiliki kantor kepengurusan NasDem di
Indonesia. Kurang-lebih ada 79 ribu desa ada di Indonesia. Jadi, kalau bisa dicapai pada akhir April
ini, akan menjadi prestasi dalam penetrasi konsolidasi partai.
Yang kedua, bagaimanapun, kita memahami budaya bangsa kita yang belum bergeser dari budaya
paternalistik. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa mengesampingkan faktor ketokohan atau figur
yang kita ajak serta di setiap strata dalam kehadiran partai di setiap wilayah kabupaten dan kota.
Tentunya kita harus mengedepankan aspek elektabilitas tokoh itu.
Ketiga, kita berjuang mengajak pihak-pihak membentuk opini, apakah itu media konvensional, dunia
pertelevisian, cetak, dan social media. Karena, sebagai partai baru dengan tema gerakan perubahan
restorasi Indonesia ini, bolehlah asam-asam pedas. Kadang orang akan berpikir, ini jangan-jangan
hanya akan berhenti pada jargon semata. Tidak lebih dari itu, sama dengan sembilan partai yang
sudah eksis selama ini, habis manis sepah dibuang, janji-janji di bibirmu semata.
Nah, ini yang sedang diperjuangkan NasDem untuk menjelaskan bahwa arti keberadaan partai ini
tidak dimaksudkan menambah jumlah partai yang sudah ada, juga bukan hanya ikut peserta pemilu.
Bahkan bukan dengan mimpi yang hanya lolos parliament threshold 3,5 persen supaya ada sejumlah
anggota parlemen.
Partai ini sadar bahwa situasi dan tantangan bangsa ini sudah mengarah pada national distrust.
Masyarakat kecewa terhadap partai politik. Mereka memiliki judgment bahwa partai politik ini
hanya ingin mengambil hak protokoler yang ada pada mereka, fungsi-fungsi konstitusional itulah
yang berhak mereka miliki tapi tidak menyertakan kewajiban-kewajiban.
Bagaimana kewajiban melihat proses kemajuan berbangsa dan bernegara, melihat kemampauan
peran partisipasi publik semakin hari semakin melemah terhadap semua kebijakan formal dan
kebijakan publik. Partai politik tidak risau dengan hal ini. Orang tidak bayar pajak, partai politik tidak
risau, bahkan tidak risau ketika KPK perlu mengutus timnya ke luar negeri untuk memeriksa Sri
Mulyani, urusannya apa?
Di mana equality before the law, kalau Sri Mulyani orang biasa, pertanyaannya, KPK datang atau
enggak ke sana? Ini kan seharusnya menambah kerisauan kita.
Tiba-tiba tokoh politik dijadikan tersangka korupsi, berbondong bondong seluruh tokoh masyarakat
datang ke rumahnya memberi empati. Ada apa di negeri ini?
Sebelum dia kena kasus, tidak ada empati itu. Ini fenomena baru di negeri ini, dan NasDem mencatat
ini sebagai pemikiran yang harusnya menjadi perenungan, kontemplasi, ada apa?
Lalu apa strategi Anda supaya masyarakat tak berpandangan NasDem sama saja dengan yang lain?
Di samping adanya langkah atau program konkret NasDem dalam mendeskripsikan gerakan
perubahan yang dilakukan, ada unsur-unsur keteladanan yang harus diberikan oleh pemimpin partai
ini. Keteladanan yang dimaksudkan adalah memberikan konsekuensi bahwa ucapan dan perbuatan
itu sejalan, tidak bertentangan. Jangan terlalu mudah mengobral janji ketika tidak bisa menepati itu.
Jangan sok moralis ketika kita masih suka bermain dengan hipokrasi.
Apa perubahan spesifik yang ditawarkan NasDem?
Yang barangkali perlu kita jelaskan kepada masyarakat, mereka mau berubah atau tidak? Jangan
tanya apa yang harus diubah. Kalau masyarakat sudah merasa nyaman, apa yang ingin diubah?
Karena ini bagian dari misi partai politik, salah satunya upaya konsisten dari waktu ke waktu untuk
melaksanakan apa yang dimaksudkan dengan political education. Pendidikan politik tidak meng-
entertain masyarakat, tidak hanya ingin mengejar popularitas. Kadang- kadang memang harus
menanggung risiko sebagai hal yang kontroversial, bahkan menimbulkan polemik, tapi itu adalah
risiko.
Apa langkah konkret Partai NasDem? Bagaimana dengan kontrak politik untuk para calon
legislator agar tak melenceng dari tujuan utama?
Berdasarkan pengalaman yang ada, apakah itu kontrak politik ataupun pakta integritas akan
berhenti di situ saja. Kita ingin menyentuh mata hati dan nurani para calon legislator. NasDem
adalah partai kaum pergerakan, yang harus menyeimbangkan profesionalitas dan moralitas. Tak
ada artinya cendekiawan, doktor, ulama, atau bergelar PhD kalau tidak memiliki konsistensi dan
semangat moralitas yang menyertai profesionalitas.
Bagaimanapun, dibutuhkan keteladanan dari siapa pun yang menjadi pemimpin. Keteladanan itu
ketika dia siap memberikan semangat pengorbanan yang lebih besar daripada orang yang dipimpin.
Berarti enggak ada semacam kontrak politik atau pakta integritas?
Ada pasti. Tapi sudah cukup kan peraturan perundang-undangan. Kita sering main-main yang
tambah-tambah pakai pakta integritaslah, apa ceritanya. Sebenarnya itu hanyalah kosmetik kulit.
Pendidikan politik di NasDem yang pertama, dia tidak tertarik membicarakan masalah calon presiden
atau calon wakil presiden.
Sebagai partai baru, NasDem harus melihat hasil elektabilitas pada pemilu legislatif. Kalau nomor
4, dipastikan NasDem tidak akan ikut mencalonkan presiden dan wakil presiden. Harus di antara 1,
2, atau maksimal 3. Ini pendidikan politik! Jangan baru 2,3 persen sudah sibuk dengan calon wakil
presiden.
Parliamentary threshold seharusnya 5 persen ke atas, tapi kan mereka takut. Hasil rendah tapi dia
ingin jadi capres dan dia adalah ketua umum partai, lalu majulah dia jadi calon. Apakah seperti ini
pantas? Menurut saya, ini bagian dari asas kepantasan. Ini asas kepatutan.
Kalau seumpama presidential threshold diketok 20 persen?
Harusnya lebih tinggi dari 20 persen. Kalau partai enggak laku, masak mau jadi presiden. Ini kan
moralitas kita.
Target Partai NasDem berapa persen?
Mungkin kalian bisa menertawakan, tapi sejujurnya NasDem menargetkan sebagai pemenang
pemilu.
Agar cita-cita itu tercapai, apa langkah konkret NasDem?
Pertama, dia tidak boleh melakukan langkah-langkah yang sudah dijalankan partai terdahulu. Kedua,
dia harus datang dengan inovasi yang lebih hebat. Langkah besar selanjutnya adalah infrastruktur
partai.
Sekarang apakah sembilan partai yang lain itu sudah memiliki infrastruktur seperti infrastruktur yang
dicapai oleh Partai NasDem? Apakah ada pengurus partai lain di 79 ribu desa 100 persen, mungkin
99 persen, karena mungkin ada yang terselip?
Siapa lawan politik yang paling berat?
Tidak elok kalau saya katakan. Kamu yang bertanya pasti sudah bisa menjawab pertanyaan kamu
sendiri. Mana partai yang bisa bertahan dan tidak bisa bertahan pasti kamu tahu. Karena konsistensi
NasDem ingin mengajak kompetisi dengan semangat harmoni, bukan saling melukai. Ketika Anda
bertanya seperti itu, sudah bisa adinda jawab sendiri.
Tentang mundurnya beberapa kader NasDem, apa tanggapan Anda?
Partai ini didirikan dengan grand design oleh Surya Paloh, yang 43 tahun berkiprah di Partai Golkar
dari jabatan yang paling rendah sampai jabatan paling tinggi. Dia tidak pernah ke partai lain. Dia
katakan goodbye ke Partai Golkar bukan dengan perasaan sukacita, tentu ada romantisisme di sana.
Bayangkan, anak usia 15 tahun sudah terjun di partai politik dari tingkat paling bawah posisi ranting,
anak cabang, hingga ketua dewan penasihat partai, yang anggotanya Aburizal Bakrie, Prabowo,
Fahmi Idris, ada juga Hamengku Buwono. Dia bertarung sebagai ketua umum karena ada yang harus
diperjuangkan. Partai itu tidak boleh semakin hari semakin jauh dari cita-cita partai itu didirikan.
Situasi pada waktu itu, pemerintah juga beranggapan mungkin kurang pas kalau Surya Paloh menjadi
Ketua Umum Golkar. Jadi Surya berhadapan dengan Aburizal, juga pemerintah. Bagi Surya, this is the
end kepada Golkar. Tapi ada daya energi di diri saya yang saya pikir harus digunakan.
Saya berusia 61 tahun, dulu mundur dari Golkar saat 59 tahun. Makanya saya pikir harus ada saluran
politik. Nah, karena itulah saya melahirkan Nasdem sebagai ormas. Sekarang pun Nasdem masih
organisasi kemasyarakatan yang sampai saat ini masih ada anggota dari partai lain.
Ada keinginan gagasan besar ini disalurkan, tidak hanya berhenti pada organisasi kemasyarakatan,
tapi harus bisa memiliki kewenangan dan itu hanya bisa ditemui di partai politik. Maka lahirlah Partai
NasDem. Nah, karena dalam proses perjalanan ada keinginan konsep gagasan ada yang namanya tim
untuk menghantarkan masa verifikasi, ada tim yang dipersiapkan menghadapi pemilu.
Jadi memang by design semua orang yang mengurus harus mengundurkan diri. Ada teken yang kita
tidak bisa published itu, dan ini baru pertama kali saya ucapkan kepada kalian.
Kok, harus mundur?
Karena harus dicari ketokohan. Dalam waktu tiga bulan harus menyelesaikan administrasi. Tuan-
tuan kita di DPR tidak mau ada partai baru. Mereka bikin persyaratan unlogic yang akhirnya
membuat mereka mabuk sendiri. Seratus persen provinsi, satu saja kalah, gugur, 75 persen kota, 50
persen kecamatan, kalau 1 persen kalah, itu gagal.
Karena instruksi dari meja ini tidak boleh satu kecamatan pun yang tidak ada kepengurusan, 100
persen semuanya harus ada. Dan terbukti, NasDem nomor satu hasil verifikasi KPU. Karena diatur
dan didesain seoptimal mungkin. Tim ini dipersiapkan sekuat- kuatnya untuk seprofesionalnya
mengantarkan itu.
Jadi mundurnya HT (Hary Tanoesoedibjo) tidak ada pengaruhnya?
Kalau kita anggap HT itu berpengaruh besar, tentunya hari ini NasDem mengatakan sudah surrender
dia, tidak perlu ikut pemilu lagi. Sudah keluar yang namanya “Mr in the rechten”, ketua dewan
pakar. Lempar handuk saja kita.
Tapi kan bisa kalian lihat, Pak Hary Tanoe ada nafsu politik yang lebih tinggi, maka ke Partai Hanura,
bikin Perindo dengan konsep yang sama. NasDem sedikit-banyak bolehlah sudah memberikan
pelajaran berarti.
Pecah kongsi dengan HT dan kemudian diikuti dengan mundurnya pengurus lainnya menimbulkan
pemikiran mengurus partai saja tidak bisa, bagaimana mengurus negara?
Saya terima itu. Kalau saya mau, HT bisa saja tidak keluar dari sini. Kenapa kok keluar? (Lebih lanjut
Surya Paloh tak mau komentarnya dimuat. Off the record katanya).
Menyesal atau tidak HT telah bergabung ke NasDem?
Enggak boleh kita bicarakan itu. Urusan saya dan dia jangan kalian angkat. Enggak ada artinya. Itu
namanya gorengan saham.
Sewaktu kampanye, dia mengklaim medianya banyak yang berjuang mengangkat partai lolos
pemilu….
Ada. Tapi sebagian besar kan fotonya dia juga. Kalau itu yang diklaim, ada pengaruhnya. Kapan kau
dikenal orang kalau enggak masuk NasDem?
Berapa cost politik Abang terkait dengan materi sehingga sampai semua kecamatan ada
kepengurusan Partai NasDem?
Oh, tentu besar.
Soal NasDem yang katanya akan memberikan modal kepada calon legislator?
Yang pasti, tidak ada boleh sedikit pun pengeluaran biaya calon legislator dalam pencalonan mereka,
tidak ada partai pungut biaya. Kasih tahu orangnya, maka akan saya kasih sanksi tegas, meskipun
dari strata yang tinggi, baik DPR atau apa pun. Dulu pernah diutarakan caleg akan dibayar. Itu
mispersepsi dalam pemikiran mereka bahwa seakan-akan caleg akan mendapatkan uang.
NasDem sedang berikhtiar bagaimana bisa membantu para caleg. Katakanlah alat peraga, metode
kampanye, mempergunakan lembaga survei untuk mengetahui elektabilitas mereka. Terlalu dini
kalau mengatakan ada Rp 5 miliar itu. Karena mungkin dulu ada tauke saja waktu itu makanya mikir
gitu. Saya pikir itu sebenarnya adalah pendekatan yang salah jika dikonsumsi publik.
Partai ini adalah partai pergerakan, jadi tidak berpikir baru bisa jalan kalau ada uang. Logistik
memang kita butuhkan. Kita tidak bisa mengingkari itu, tapi harus ada spirit, militansi, spirit, dan visi
baru. Logistik itu akan memberikan sesuatu yang berarti bagi perjalanan partai politik.
Di NasDem sendiri apakah sudah ada rapat internal yang memutuskan nantinya siapa yang akan
menjadi capres?
Belum, Abang belum terpikirkan itu. Di tengah-tengah ketidakpercayaan, saya ingin menyatakan
saya tidak berpikir ke sana. Sejujurnya saya penuh konsentrasi memikirkan sebuah fenomena partai
baru yang bisa masuk pemilu, dan nantinya toh pengakuan itu akan datang dengan sendirinya.
Kalau gagal, yang paling banyak harus mempertanggungjawabkan adalah pemimpin. Pemimpin
tertinggi di partai ini adalah saya. Kalau berhasil, berarti keberhasilan ini karena kepemimpinan Bung
Surya juga. Jangan pikirin capres.
Tapi kalau ternyata Partai NasDem dipercaya masyarakat dan mencapai tiga besar?
Kalau tiga besar, perlu kita pikirkan, tapi tidak otomatis. Saya harus melihat dulu elektabilitas dan
kapabilitas. Kepentingan saya apa yang terbaik untuk Indonesia, bukan untuk Surya.
Apakah secara pribadi Abang punya?
Anggap saya ini sebagai capres, seumpama harga nominal itu cuma harga pas-pasan, kalau angka itu
angka 6. Saya enggak mau negara ini dipimpin angka 6 kalau ternyata ada angka 7. Dan pasti saya
akan marah jika dipimpin oleh yang di bawah angka 6. Cari yang lebih baik.
Ada upaya untuk meningkatkan dari 6 ke 7?
Ndak. Saya ingin berkonsentrasi di partai. Enggak bisa dua-duanya sekaligus. Saya sadar itu waktu
terlalu singkat.
sumber: Detik.news